Lebaran Ketupat di Desa Blimbinggede rutin dilaksanakan sebagai bentuk silaturohim warga. Lebaran Ketupat menjadi salah satu rangkaian tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia, khususnya oleh masyarakat Jawa Timur.
Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri, yang artinya pada 8 Syawal.
Dalam tradisi Lebaran Ketupat, masyarakat yang merayakannya juga akan berbagi ketupat dengan satu sama lain, baik dengan tetangga maupun saudara.
Dalam perayaan Kupatan, ketupat disantap dengan berbagai hidangan lain seperti lodeh, kare, sambal goreng ati, opor ayam atau sapi.
Nah, asal mula dari bentuk dan rupa ketupat ini ternyata ada filosofinya sendiri.
Warna isi ketupat yang putih melambangkan kesucian hati setelah kita meminta maaf atas atas kesalahan yang dilakukan pada orang lain. Lalu, daun janur yang dipakai juga mengandung makna jatining nur atau hati nurani.
Bahan ketupat yang terbuat dari beras pun memiliki arti sendiri. Beras ini melambangkan hawa nafsu manusia.
Jadi, arti dari ketupat secara menyeluruh adalah nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.
masyarakat di sana menjaga tradisi Lebaran Ketupat ini hingga sekarang sebagai wujud nilai luhur silaturahmi, sedekah, dan memuliakan tamu.
Dan dalam perayaan Kupatan, keberadaan lepet juga merupakan hal yang pasti. Lepet sendiri adalah makanan yang terbuat dari beras ketan, lalu diisi dengan biji kacang panjang kering.
Sama dengan kupat, lepet ini dibungkus dengan janur.
Lepat memiliki nilai filosofis yang tak kalah mendalam. Secara filosofis, lepet yang berarti lengket, mengandung makna bahwa manusia tidak dapat luput dari kesalahan.
Dari situ, diharapkan bahwa sebagai manusia, kita mampu bersikap arif dengan cara mudah memaafkan kesalahan orang lain.